Gadih Mantiak Stop Pinggir

Ciloteh/Oce

DI kampung saya, di lembah Gunung Marapi (lebih afdol disebut Marapi Singgalang), kalau ada orang yang yang bijak berkata2, itu disebut mantiak. Bijak itu dalam makna keseharian kami adalah pandai berkata2 juga. Biasanya kalau ada balita yang baru pandai bicara dan ternyata kosa katanya banyak ia lontarkan, kami menyebutnya "anak ketek mantiak".

Kalau ada anak kecil yang bicara macam orang dewasa, kami menyebutnya "bijak" dalam artian lucu, menggemaskan.

Tapi kalau orang dewasa, apalagi emak2 yang suka berciloteh, nah, dia biasanya disebut mantiak. Ada istilah "gadih mantiak" atau kadang2 terdengar juga istilah "induak2 mantiak" 😀 Makanya banyak pria keder kalau head to head dengan cewek mantiak, kalau isi kepala kurang bekal pula.

Jadi apa "mantiak" itu?
Mungkin, istilah ini di Minang muncul seiring keberdaan agama Islam. Istilah mantiak beasal dari kata "Mantiq". Ilmu Mantiq adalah ilmu logika, yang biasa dipelajari di pesantren dan surau.

Secara sederhana, definisinya Mantiq adalah sebuah metode dalam berfikir yang mengarah kepada hal yang bersifat filosofis. Jadi, ia ilmu yg meluruskan kekeliruan berfikir. Kajiannya agak dalam.

Maka, boleh disimpulkan bahwa orang mantiak itu sebenarnya orang pintar berfilsafat, jalan pikirannya lurus. Makanya orang yang suka mete2 itu adalah orang mantiak yang gak sabar melihat suatu gejala yang salah di masyarakat. Yaaa, agak nyinyir dikitlah 😀

Begitulah, bahasadi mana2 memang berkembang dari silang pertemuan budaya, agama dan banyak lagi.

Misalnya kata Dabiah (sembelih) dalam istilah orang Minang juga berasa dari "dhabiyah" bahasa Arab.

Atau dalam istilah lain di perangkotan atau bus kota. Ada teriakan "STOP PINGGIIRRRR..." penumpang pada sopir angkot. Stop pinggir adalah modifikasi dari bahasa Inggris "STOPPING HERE"

Di Jawa juga banyak istilah dimodif dari bahasa Inggris. Misalnya kalau orangtua melarang bocahnya main mulu dia bilang "Ojo playonan Le." . Itu pasti dari kata Play on.

Ngopiii..☕