Mahfud MD dan Tembok Irjen Sambo




SAYA termasuk deretan netizen yang jengkel pada sosok Mahfud MD. Nama ini tak perlu diterangkan lagi. Semua orang sudah tahu. 

Jengkel lantaran sebelum-sebelum ini, ia acap kali mengeluarkan celetukan dan statemen resmi yang membuat publik jengkel. Contohnya, tudingannya tentang radikalisme yang dikaitkan dengan rakyat Sumatera. 

Ia juga bikin jengkel saat mengomentari berbagai hal, yang oleh publik dicap sangat berkebalikan dengan omongannya saat masih berada di luar kekuasaan. Kata netizen, begitu tuh tabiat politisi dan profesor, jelang dapat jabatan kritis dan ada bersama rakyat. Tapi begitu diangkat jadi pejabat, omongannya berubah, seolah-olah memorinya dibenamkan dalam empuknya kursi kekuasaan. 

(Soal ini orang juga langsung ingat sosok profesor hukum lainnya: Yusril Ihza Mahendra. Yusril dalam posisinya sebagai politisi dulu adalah pengkritik keras Jokowi dan menyentil soal orang yang tak kapabel dipilih jadi pemimpin negara. Tapi kita sama-sama tahu, dia juga yang sekubu dengan orang yang disentilnya pada pilpres kemarin 😀) Yah, namamya juga politisi.

Yang juga disukai dan dipuji dari Mahfud MD adalah saat dalam sebuah forum ia bicara tentang mafia hukum yang melibatkan polisi, jaksa, hakim dan pengacara dalam merekayasa pasal-pasal hukum demi lembaran rupiah. Pasal bisa dipesan, kata Mahfud. Mahfud bicara tanpa tedeng aling-aling. Video dan beritanya disebar ribuan kali. Mahfud dapat apresiasi publik.

Sekarang, pujian orang pada Mahfud MD kembali mengalir. Dia diyakini menjadi aktor penentu  mulai terangnya kasus pembunuhan Brigadir J di rumah tersangka Irjen Ferdy Sambo. Keberanian Kapolri untuk serius dan transparan menangani kasus ini dipercaya karena portofolio Mahfud.

Posisinya sebagai Menkopolhukam yang membawahkan Kapolri, dimanfaatkan Mahfud untuk menekan Kapolri supaya tidak main-main dan tidak takut membongkar kasus ini. Selain tentunya sudah ada empat kali Presiden Jokowi mengekuarkan permintaan agar kasus ini diusut tuntas. Mahfud pun beberapa kali membuat pernyataan dan clue bahwa kasus ini mudah diusut.

Mahfud terus saja bernyanyi soal bocoran2 yang ia tahu, semisal  isu perselingkunhan yang ia sebut "perselingkuhan empat segi".  Mahfud seolah2 memberi sinyal pada Bareskrim dan khususnya Kapolri bahwa ada kebohongan Sambo dalam kronologi yang ia buat. Kalau Menko sudah tahu, barangkali Presiden pun  senada. Repot kalau coba-coba ikut skenario Sambo. 

Lantaran diduga posisi Irjen Ferdy Sambo yang konon berpengaruh di kalangan sejumlah petiinggi Polri plus sebagai komandan Satgasus (organisasi non struktural di Polri yang konon amat sangat powerfull --   Mahfud  memutar otak dan akhirnya mengusulkan ke Jenderal Listyio Sigit untuk melakukan taktik "bedol desa" yakni, sejumlah perwira termasuk beberapa jenderal "diisolasi" guna diperiksa. Termasuk Bharada E, di Mako Brimob, dan tak boleh ada yang  menembus isolasi itu. Hasilnya, Bharada E mulai berani jujur:!ia diperintah menembak rekannya oleh Sambo..sejumlah petinggi Polri dinonaktifkan, hingga akhirnya Sambo ditetapkan sebagai tersangka.

Mahfud juga yang nyinyir soal berbagai cerita tak masuk akal yang dirancang Ferdy Sambo. Dari pemberitaan media memang Mahfud super sibuk ikut  mengurusi kasus ini.

Bahkan kini, masih mengingat soal ada kepentingan jenderal-jenderal tertentu dalam kaitan dengan Satgasus hingga judi dan narkoba, Mahfud mengeluatkan usulan baru: Ajak BIN, BNN, dan BNPT bergabung mencari terang silang sengkarut yang konon berpusar pada mantan Kadiv Propam itu yang oengaruhnya masih nyangkut di Satgasus itu.

Untuk kali ini, bolehlah kita menjura pada Pak Mahfud.🙏

Kopi sore☕
OceSatria