Aura Jiwa (Oce Satria)



AURA JIWA

/Oce

Menghela nafas dalam himpitan risau, aku seperti  angin yang menunda badai,
berharap langit benderang
atau malam ditemani gemintang
lalu menangkup kilaunya,
membilas luka yang telah purba 
mengoyak jiwa

Menaburkan netra dalam kelam dan mengabur,
aku seperti musafir yang dikurung awan dan lena tanpa peta,
berhasrat ada pelita senoktah saja
demi menuntun diri yang ringkih
disiksa bayang pesonamu

Memeluk bayang diri dalam nestapa,
aku seperti merasa engkaulah yang melingkarkan tangan di sekujur raga,
lalu menyaksikan matamu meneduh di ruang jiwa, merengkuh hasrat yang telah lama beku, dan mungkin mengabu
Benarkah itu engkau?

Menuliskan lagi imaji pada lembar-lembar daun di rimba raya ini,
aku seperti tengah menuliskan lagi larik-larik puisi ajaibmu yang membuai itu.
Andai aku berkuasa atasmu,
kupinta, berpuisilah hanya untukku saja,
untuk hati ini yang telah engkau curi

Meneroka belukar yang tak berujung ini,
aku seperti tak juga menemukan garis batas antara rimba dan sungai,
di mana aku bisa berenang di kebeningan dan arusnya yang memandikan raga fana ini.

Wahai engkau,
Tuliskan puisi baru untukku
Agar aku tak makin tersesat di kerinduan yang menyiksa ini