Kopi Duapuluh Satu Tahun Lalu

ilustrasi:stockphoto.com


Kopi Duapuluh Satu Tahun Lalu


Pagi dilipur riang fajar 
menawar gigil
saat kita mengatup puji fil'aalamiina innaka hamiidum majiid

Di kompor yang apinya kehilangan gairah, 
air terjerang di atasnya,
lalu engkau menyeduhkan kopi, 
seduhan seperti duapuluh satu tahun lalu aku ajarkan rumusnya,
sama, 
engkau telah khatam 
dan aku tak perlu sak wasangka citarasanya.

Dan sebelum kita benar-benar akan mengarungi siang
engkau berucap,
"Kukumu mulai panjang. aku potong ya?"

Pagi dilipur kisah yang berulang,
tak hilang-hilang

Pojok Kota 17-1-2023